Senin-ku Sayang..
Kabar 10 Agustus 2015 yang lalu membuat kami (saya, suami, dan keluarga) sangat bahagia. Namun dibulan berikutnya kami harus menerima kenyataan bahwa calon anak kami terpaksa dilahirkan lebih awal diusia yang sangat dini. Janin saya tidak berkembang sesuai dengan usia kehamilan. Bulan september minggu ke tiga seharusnya janin berusia 10 minggu, namung ternyata janin saya tidak berumur sama dengan kantungnya. Janin saya meninggal diusia sekitar 4-5 minggu. Diawal kehamilan, saya merasa nyaman dan senang. Disaat teman-teman lain mengalami morning sickness, saya tidak mengalami sedikitpun. Saya sangat bersyukur. Seribu satu yang mendapat kemudahan seperti saya. Setiap hari saya minum susu, makan buah dan sayur, serta istirahat yang sangat cukup. Setiap dua minggu sekali saya ke bidan untuk menerima vitamin dan penguat juga. Demi kesehatann dan perkembangan si buah hati. Dan tibalah hari dimana saya dan suami membanjiri pipi dengan air mata.
Sabtu, 27 September 2015 ketika saya bangun pagi terasa celana dalam basah. Entah cairan apa yang keluar. Saya kira pipis, tapi bukan. Kalau keputihan, terlalu cair. Bahkan lendir keputihanpun tak ada. Saya pipis seperti biasa. Pagi itu perut terasa kencang seperti nyeri mau mens tapi muncul jarang-jarang. Saya terus berdoa. Sekitar jam 10an saya merasa ada yang keluar dari miss v. Ketika saya cek, ternyata keluar flek coklat. Saya dan suami langsung panik. Suami saya lebih panik dan takut lagi. Usianya memang terpaut agak jauh dengan saya. Diusianya sudah seharusnya ia punya anak seperti teman-temannya. Dan inilah anak yang amat didambakannya. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada kehamilan saya. Kami langsung ke klinik pratama sesuai dengan BPJS dari perusahaan suami. Suami akhirnya ijin untuk mengantar saya ke dokter.
Di klinik pratama oleh dokter kami diberi rujukan ke RS Sadewa Babarsari Yogya. Dengan menggunakan motor, kami melaju pelan ke RS tersebut. Malangnya, kami terpaksa kembali ke klinik pratama untuk minta rujukan RS lain karena di Sadewa kamarnya full, sedangkan untuk kasus flek coklat saya memang harus bedrest di kamar dengan pantauan nakes (tenaga kesehatan). Karena khawatir dengan kandungan saya, saya meminta suami menurunkan saya di suatu mini market yang terasnya berkursi. Suami setuju. Suami juga tak ingin saya kecapekan di motor dan khawatir juga dengan kandungan saya jika medan jalanan kurang bagus. Dengan demikian suami juga akan cepat sampai di klinik pratama untuk meminta solusi lanjutan. Saya menunggu sekitar 20-an menit. Tak lama kemudian suami datang dan menjelaskan bahwa saya dirujuk ke RSI PDHI Kalasan Sleman. Sepanjang jalan tak hentinya saya berdoa agar diberi keselamatan pada janin saya dan saya. Hati saya, bahkan suami saat itu sangat kalut dan sedih. Sampai di RSI saya langsung menuju IGD. Oleh nakes saya diperiksa: tekanan darah dan flek saya. Kami diminta menunggu dokter kandungan yang akan memeriksa saya. Jadi saya harus menunggu selama 3jam di kasur IGD. Dokternya datang pukul 15.00. Tetap saja molor sampai setengah jam. Yang saya pertanyakan adalah kalau memang IGD itu untuk pasien darurat, kok ya suruh nunggu sebegitu lamanya ya. Bukankah seharusnya langsung ditangani? ah., sudahlah. Pikir saya waktu itu.
Pukul 16.00 saya masuk di ruang dokter. Dokternya laki-laki. Saya langsung diminta berbaring untuk di USG. Saya melihat raut muka dan respon dokter ketika menggoyangkan alatnya diperut saya. Sesekali menggelengkan kepala. Perasaan saya tidak enak melihat responnya saat melakukan USG. Benar saja. Setelah saya kembali duduk bersama suami, berhadapan dengan dokter, dokter pun berkata,
"Kehamilannya kurang bagus ini. Ini cuma ada kantungnya saja. Tidak ada janinnya. Namanya kehamilan BO. Harus dikuret ini. Mau kuret hari apa?"
Syok sekali saya mendengar kalimat dokter yang rasanya seperti menikam saya berkali-kali dengan pisau. Saya sampai tidak bisa berkata apa-apa. Menahan tangis. Lalu suami saya pun merespon. Menanyakan pada dokter bisakah dipertahankan?
"Kalau mau dipertahankan ya silakan, Nanti saya kasih obat. Tapi saya tidak menjamin lho, kalau habis dikasih obat akan ada janinnya. Saya kasih waktu 3minggu. Kalau ada pendarahan harus dikuret. Sekarang flek coklat. Nanti lama-lama flek merah terus pendarahan. Tapi ya silakan kalau mau dicoba."
Wah, mantap sekali ya penjelasan dokter. Sampai membuat saya menangis begitu keluar dari dokter. Yang saya sesalkan adalah cara penjelasannya. Seandainya lebih halus, barangkali saya tidak akan terlalu menambah kesedihan saya. Dan ucapan itu selalu terngiang sampai kami pulang ke rumah. Total untuk pemeriksaan di RSI 100-an ribu rupiah, Kami tidak mengeluarkan sepeser pun untuk itu karena sudah ditanggung BPJS. Kami memiliki BPJS. Diberikan perusahaan suami. Untuk BPJS ini kami mendapat kelas 2.
Hari minggu pagi, 28 September 2015 kembali saya dan suami berselimut mendung. Bukan lagi flek coklat, tapi saya mengalami flek darah. Masih disertai dengan rasa nyeri seperti haid di perut. Kami pun memutuskan mencari dokter kandungan yang buka praktik. Hasilnya nol. Tidak ada dokter praktik di hari minggu. Kamipun meluncur ke RSKIA Sakinah Idaman, oleh bidan jaga saya di USG dan justru tidak terlihat apa-apa. Saya tetap positif, barangkali karena saat di USG saya belum begitu berkemih. Bidan menyarankan saya datang lagi ke RS tersebut hari Senin agar ditangani spesialisnya-dokter kandungan. Kami pun pulang dengan kecewa dan sedih. Kami ingin ditangani saat itu juga, takut terjadi apa-apa dengan kehamilan saya, janin saya. Hingga akhirnya saya dan suami ribut karena saling berbeda pendapat. Suami mengajak saya ke bidan praktik yang biasanya menjadi langganan kami kalau memeriksakan kehamilan. Tapi saya ngoto menolak karena di papan tulisan tempat praktik si bidan terpampang jelas kalau tidak melayani praktik pada hari minggu. Pada hari minggu yang ada hanya dokter umum. Akhirnya suami nekat ke bidan praktik dan menemui CS nya. Saya menunggu diluar. Tak berapa lama suami menghampiri saya dan mengajak masuk. Kami berdua menjelaskan kronologi dua hari yang penuh kesedihan tersebut. Mbak CS mengatakan bahwa nanti bidan bisa memeriksa saya, karena darurat sekali untuk kasus saya tersebut. Alhamdulilah.. Saya malu dengan suami karena terlalu ngeyel dan egois. Terima kasih suamiku, sabar sekali menghadapiku.
Kami diminta menunggu sebentar, karena bu bidan sedang ada acara di tetangga. Jadi bu bidan ini membuka praktik sendiri di rumahnya. Bidan Praktik Amanah namanya. Di tempat Praktik Amanah ini juga ada dokter umumnya dan dokter kandungan (SPOG) yang datang tiap hari jumat minggu kedua setiap bulan. Lumayan komplit juga. Ada ruang bersalin dan beberapa kamar inap mulai dari yang kelas biasa sampai VIP. Saya pernah bertanya, untuk kamar biasa rawat inap melahirkan 800rb, untuk VIP 1juta. Menerima pasien BPJS juga bidan Praktik Amanah ini.Melahirkan menggunakan BPJS, gratis. Tak berapa lama, saya melihat bu bidan masuk ke tempat praktinya, masih menggunakan pakaian berhijabnya, seperti habis mengaji/pengajian. Tanpa berganti baju, bu bidan langsung menyuruh saya masuk ke ruang periksa.
to be continue.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Pregnancy (9) ~ 24 Agustus 2018 #bukanpreeklamsia
Jumat, 24 Agustus 2018 Hari ini sebenernya cuma rencana buat kontrol ke bidan aja. Tp realita berkata lain. Pagi menjelang siang, usai b...
-
Jumat, 24 Agustus 2018 Hari ini sebenernya cuma rencana buat kontrol ke bidan aja. Tp realita berkata lain. Pagi menjelang siang, usai b...
-
Sabtu, 7 Juli 2018 Hari itu seharusnya kontrol ke dr.Arief, tp di-cancel karena beliau berhalangan hadir. Akhirnya, booking mendada...
-
Rabu, 4 April 2018 Hari itu, kami berkunjung ke dr.Arief. Akhirnya bisa ketemu lg setelah 3 tahun tak jumpeee. Masih sama seperti wak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar